Properti

Properti yang Dibutuhkan Dalam Tari Piring

Properti yang Dibutuhkan Dalam Tari Piring – Indonesia slot88 resmi memiliki beragam seni budaya, salah satunya adalah Tari piring. Tarian tersebut merupakan seni tradisional dari Solok, Minangkabau, Sumatera Barat. Seperti namanya, tarian ini menggunakan piring sebagai properti utamanya. Selain menggunakan piring, tarian ini juga membutuhkan properti lain. Salah satunya adalah busana tari piring

1. Piring

Piring menjadi properti wajib untuk tarian ini, sebab piring adalah objek utama dalam tarian. Biasanya, piring yang di gunakan terbuat dari bahan keramik atau porselen. Selama melakukan tarian ini, piring yang di gunakan tidak boleh terjatuh. Lalu di akhir tarian, piring toyota-bogor.id akan di lempar ke lantai dan penari akan menari di atas pecahan piring tersebut.

2. Busana

Penari harus mengenakan busana khusus yang bernama baju kurung. Baju ini berasal dari beludru atau satin, di bagian luar pakaian tampak motif bunga dengan warna emas. Busana ini juga di sertai dengan kain kodek yang bentuknya mirip dengan sarung. Kain ini memiliki motif berwarna keemasan yang menjadi simbol kebijaksanaan.

3. Aksesoris

Selain busana lengkap, penari juga mengenakan sejumlah aksesoris saat tampil. Di antaranya adalah kalung gadang, tengkuluk tanduk, sisamping, deta, subang, kalung rumbai, dan cincin.

4. Selendang

Selendang juga menjadi properti wajib untuk tari piring. Properti ini di kenakan melingkar dari bagian atas bahu ke bawah pinggang dengan arah lingkaran.

5. Ikat Pinggang

Penari Tari piring biasanya menggunakan ikat pinggang, tujuannya untuk mengencangkan pakaian bawah. Warna ikat pinggang umumnya di sesuaikan dengan busana yang di kenakan. Properti ini di gunakan untuk penari pria maupun wanita. Penari wanita mengenakan ikat pinggang ini di dalam baju kurung, sementara penari pria mengenakannya di luar pakaian.

6. Alat Musik Tradisional

Tari piring membutuhkan alat musik tradisional sebagai pengiring. Beberapa alat musik yang dapat di gunakan, yaitu saluang, rabab, bansi, dan saruni. Kendati demikian, iringan tari piring saat ini bisa digantikan dengan rekaman lagu.

Gerakan Tari Piring

Tari piring di lakukan dengan memegang piring di telapak tangan kanan dan kiri. Kemudian, penari mengayunkan piring di tangan dan melakukan gerakan yang cepat dan teratur. Selama menari, piring tidak boleh jatuh dari tangan. Mengutip buku Seni dan Budaya untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas tulisan Harry Sulastianto, dkk., gerakan tari piring sangat dinamis dan atraktif karena selalu menampilkan gerakan akrobatik dalam memainkan piring. Sementara, pola lantai yang di gunakan dalam tari ini umumnya berupa pola lantai garis lengkung.

Tari piring biasa di tampilkan pada aktivitas pertanian dan aktivitas sosial masyarakat lainnya. Setiap daerah mengembangkan gerakan tari piring yang berbeda-beda. Namun, gerakan yang umum di mainkan adalah gaya derek (darat) dan gaya pasisisa (pesisir). Menurut Ruto Wibowo dan Sunarto dalam buku Kreatif Tematik Ekosistem Kelas V untuk SD/MI, gerakan tari piring juga bisa di maknai sebagai tahapan-tahapan kegiatan dalam budidaya tanaman padi.

Sejarah Penciptaan Tari Piring

ejarah tari piring bermula dari kepercayaan bahwa menari adalah sebuah alat komunikasi dengan sang pencipta. Masyarakat Sumatera Barat pada zaman kerajaan Sriwijaya menciptakan sebuah tarian pemujaan yang kemudian di kenal sebagai Tari Piring. Tari ini di gunakan sebagai ungkapan syukur pada Dewa Dewi karena hasil panen mereka melimpah, terutama Dewi Padi. Tarian ini sudah ada sejak 800 tahun yang lalu. Ritual tari piring dilakukan kurang lebih setahun sekali. Masyarakat menggunakan piring untuk meletakkan sesaji dan makanan lalu dipersembahkan. Yang unik adalah, ketika proses penyerahan sesaji dilakukan, para pembawa sesaji berlenggak lenggok dengan gerakan tertentu sambil membawa piring berisi sesaji tersebut dengan diiringi musik.

Setelah masa kejayaan Sriwijaya ditaklukkan oleh Majapahit sekitar abad ke-16, tari piring berhenti dilakukan oleh orang-orang suku Minang. Pasalnya, Majapahit adalah Kerajaan Islam yang tidak percaya akan kebenaran ritual tersebut. Namun, keunikan tarian ini membuatnya kemudian dialih fungsi kan menjadi tarian yang dipersembahkan untuk raja-raja dan pejabat penting istana. Bisa dikatakan tari piring yang dahulu menjadi alat untuk mengucap syukur kepada Dewa dan Dewi, kini menjadi alat untuk hiburan di kerajaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *