Investasi

Jenis-Jenis Investasi yang Populer di Indonesia

Jenis-Jenis Investasi yang Populer di Indonesia – Investasi merupakan kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu, dengan tujuan mendapatkan penghasilan atau peningkatan nilai. Secara sederhana, investasi adalah salah satu alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan keuangan kita.

Pada dasarnya, tujuan keuangan setiap orang berbeda-beda. Sebut saja, seorang berusia 25 tahun tentu memiliki rencana dan cita-cita yang berbeda dengan orang berusia 50 tahun.

Berdasarkan tujuannya, investasi dibedakan menjadi investasi jangka panjang, menengah, dan investasi jangka pendek. Beda jangka waktu tentu beda strategi dan instrumen investasinya. Berikut jenis-jenis investasi yang populer di Indonesia.

Jenis Investasi Berdasarkan Tujuannya

1. Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek berlangsung antara kurang dari satu tahun hingga tiga tahun saja.

Sebagai contohnya, seorang pemuda berusia 25 tahun berniat untuk menikah tiga tahun ke depan. Maka dia membutuhkan dana segar untuk menyelenggarakan pesta pernikahan yang tidak murah.

Mengingat akan kebutuhan itu, maka pemuda tersebut disarankan untuk berinvestasi di instrumen rendah risiko dalam artian memiliki fluktuasi nilai yang stabil, likuiditas yang tinggi sehingga mudah dikonversikan dalam bentuk cash, serta bisa menghasilkan pendapatan tetap. Beberapa instrumen yang disarankan untuknya adalah deposito, reksadana pasar uang, atau surat utang negara jangka pendek.

Baca Juga: Tipe-Tipe Investasi Bodong, Jangan Sampai Tergiur!

2. Investasi Jangka Menengah

Ketika seseorang memiliki tujuan finansial antara 3 hingga 10 tahun, maka hal ini bsia disebut dengan investasi jangka menengah.

Sebut saja, dalam lima tahun ke depan Bapak Budi harus mendaftarkan diri putranya ke sebuah universitas ternama di Jakarta. Maka Bapak Budi membutuhkan dana yang cukup besar untuk membayar uang pangkal serta semester I.

Mengingat kebutuhan dananya di atas lima tahun, Bapak Budi bisa memilih instrumen dengan risiko sedikit lebih tinggi dari deposito, reksadana pasar uang, atau surat utang negara, dengan harapan memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi.

Instrumen yang dimaksud adalah reksadana pendapatan tetap (obligasi), obligasi swasta, reksadana campuran.

3. Investasi Jangka Panjang

Ketika tujuan investasinya di atas 10 tahun, maka investasi ini sudah masuk dalam kategori jangka panjang.

Tujuan-tujuan investasi itu bisa berupa biaya pendidikan anak, biaya penyelenggaraan pesta pernikahan anak, pembelian aset ke anak cucu, dan dana pensiun.

Semakin panjang periode investasi, makin fleksibel seseorang memilih instrumennya. Mereka bisa memilih instrumen dengan risiko rendah, moderat, tinggi, maupun instrumen yang tidak dapat di konversi dengan cepat.

Beberapa instrumen yang bisa di pilih untuk investasi jangka panjang antara lain logam mulia, reksadana saham, saham, hingga properti.

Cara Berinvestasi

Tidaklah sulit untuk berinvestasi, mengingat di era digital seperti saat ini, informasi mengenai instrumen investasi atau riset pasar sangatlah mudah di dapat. Namun, investasi tentu tidak bisa di lakukan secara sembarangan.

Berikut adalah cara berinvestasi yang baik, agar bisa mewujudkan tujuan keuangan kita.

1. Pastikan Kita Telah Sehat Secara Finansial

Sebelum berinvestasi, pastikan telah memiliki dana darurat yang ideal dan memiliki proteksi keuangan dengan memiliki jaminan kesehatan atau asuransi.

Merencanakan keuangan untuk masa depan memang sangat penting. Namun jangan pernah sepelekan hal-hal yang menjadi perhatian dan prioritas di masa kini.

2. Tentukan Tujuan Terlebih Dulu

Ketahuilah tujuan-tujuan keuangan yang ingin di capai dalam berbagai periode. Sebut saja untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tanpa tujuan yang jelas, maka proses investasi akan menjadi tidak terukur.

Setelah menentukan tujuan, tentukan pula kebutuhan dana untuk merealisasikannya. Kita bisa memulai proses investasi setelah memahami kebutuhan dana.

3. Kenali Profil Risiko

Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik investasi yang berbeda-beda, dan setiap investor juga memiliki profil risiko yang berbeda. Profil risiko bergantung kepada kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menoleransi risiko investasi.

Investor konservatif cenderugn menghindari instrumen dengan volatilitas tinggi, dan investor agresif lebih berani mengambil risiko karena menghendaki imbal hasil yang tinggi.

Profil risiko tentu saja bisa berubah ketika pemahaman seseorang akan investasi mulai meningkat. Peningkatan pemahaman akan berinvestasi akan meningkatkan kemampuan menoleransi risiko.

4. Kenali Risiko Sistematis dan Non-Sistematis Investasi

Dalam investasi, terdapat dua jenis risiko yaitu sistematis dan non-sistematis. Sistematis merupakan risiko yang sama sekali tak bisa di hindari dan di versifikasi, serta menyerang ke segala macam instrumen. Risiko tersebut bisa berupa risiko pasar, perubahan tingkat suku bunga, dan inflasi.

Sementara itu risiko non-sistematik di nyatakan sebagai risiko yang masih bisa di hindari dengan cara di versifikasi instrumen investasi. Risiko tersebut antara lain adalah, risiko bisnis, risiko likuiditas, dan risiko tuntutan hukum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *